Memoar KAMMI: Milestone Para Da’i
Latar Belakang
Menyandang predikat da’i sering dibubuhi dengan stereotif negatif dari lingkungan sekitar. Sosok yang mudah ditemui dilanggar, masjid atau mushalah ini dimarjinkan dengan tugas -hanya- sebatas sebagai pengisi ceramah atau doa dalam acara-acara keagamaan. Citra yang coba dibangun pun sering subjektif tanpa koreksi, seakan da’i memiliki peragai yang minimalis dan konservatif. Atau di lain pihak ada anggapan mereka (da’i) sering menjahui pasar (urusan dunia) serta hidup dalam lingkup ke-jumud-an (tidak produktif).
Perihal diatas bisa jadi merupakan episode lanjutan dari runtutan sejarah dimana para da’i sering diposiskan -dalam catatan sejarah- sebagai kelas bawah yang mudah untuk ditindas. Peranannya pun dikebiri dan dijauhkan dari perubahan sosial politik di zamannya. Mereka tidak boleh memegang kekuasaan, hanya diperbolehkan memegang tasbih. Aktivitas amaliyah Islam mereka sering dimatai-matai dan dianggap sebagai makar terhadap negara. Selain itu, para pencatat sejarah (sejarawan) dengan sengaja menutup-nutupi kebenaran yang berasal dari meraka dan menggantikannya dengan berita-berita bohong penuh fitnah. Inilah rentetan perlakuan yang masih terjadi hingga saat ini dalam lembaran sejarah manusia.
Kita dapat melihatnya pada masa nubuwwah (Nabi Muhammad saw.), bagaimana beliau dianggap orang yang tidak memiliki akal pikiran (orang gila) dengan risalah yang dibawanya. Beliau mendapat perlakuan biada oleh masyrakat tha’if. Atau pada masa kontemporer revolusioner sekarang, ernama Ayatullah Khameini diasingkan karena sikap penentangannya terhadap kekuasaan imprelium Inggris dan kediktatoran kekaisaran Iran Reza Fahlevi. Di Palestin kita mengenal Ahmad Yasin, sang pengobar semangat perlawanan terhadap bangsa kera (Zionis). Al-Banna, seorang mujadid ad-Din dari Mesir yang menemukan kesyahidan dari rencana pembunuhan atasnya oleh tiga kekuatan musuh terbesar, diantaranya Amerika. Di negeri ini pun kita menyaksikan kepediahan umat rasul, pada masa kemerdekaan, bagaimana para tokoh nasionalis menghianati perjuangan muslimin Aceh untuk menegakkan syariat Islam. Sampai-sampai mereka dicap sebagai sparatis, penghancur kedaulatan negara dan kemudian diberangus dengan kebijakan DOM (Daerah Operasi Militer).
Sejarah tentunya tidak akan dusta terhadap fakta yang selama ini menerpa para da’i mulia. Dengan kemurnian pribadi yang menawan dan asri, seakan-akan mereka memikat manusia modern saat ini untuk berlomba menggali jiwa yang tulus mencari hikmah yang dapat diperoleh. Hikmah menjadi kata kunci paling berharga yang dipercaya dapat membangun peradaban manusia. Karena hikmah merupakan intisari sejarah.
Sebuah generasi akan memeiliki kebanggaan yang besar manakala mereka memiliki sejarah gemilang yang ditorehkan oleh para pendahulunya. Secara bersamaan generasi-generasi baru ini akan termotivasi untuk bangkit memperbaiki nasib mereka. Akhirnya, jiwa merdeka dan sososk pemenang akan selalu melingkupi kehidupan mereka dalam kondisi apapun.
Perihal diatas, tentunya, menjadi catatan besar bagi para penggiat harokah islamiyah saat ini -wabih khusus KAMMI- untuk senantiasa menapaki jalan dakwah ini sesuai dengan manhaj dari sejarah-sejarah para muassis terdahulunya. Dan melanjutkan perjuangan yang belum tersampikan. Pengalaman para da’i menjadi kekayaan bagi kita. Mengkaji dan menghayati jejak langkah para aktivis dakwah generasi sebelum dan sesudahnya merupakan aset bagi kebangkitan umat Islam. Pada sisi ini, kita akan merasakan manfaat dari sirah yang akan membangkitkan ruhul ijtijabah.
KAMMI dengan potensi yang begitu besar, tidak hanya pada organisasi tapi melingkupi potensi luar biasa para kadernya, sangat layak untuk membuat sejarah dan merekam jejak aktivitas dakwah para kadernya dalam beramal islami sebagaimana dijelaskan diatas. Rekam jejak ini nantinya akan berfungsi pada tataran pemantapan jiwa dalam perjuangan dan membangkitkan semangat jihad para aktivis generasi penerus.
Usaha untuk menghimpun rekam jejak aktivitas dakwah para kader KAMMI ini harus tertuang dalam buku-buku dokumentasi berbentuk ”MEMOAR”. Buku yang mewariskan cerita-cerita pengalaman dakwah yang sarat akan hikmah dan kisah-kisah yang meneguhkan hati para da’i (QS.Hud:120). MEMOAR ini merepresentasikan keikhlasan amal kader KAMMI dalam karya nyata kehidupan. Oleh karena itu, sudah saat kader KAMMI menajamkan mata pena untuk menoreh lantunan kisah yang manfaatnya tidak akan terputuh hingga yaumil akhir. Selamat menulis, akh!
Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari proyek penulisan memoar ini adalah sebagai berikut:
1. Menguatkan ri’ayah ma’nawiyah kader KAMMI terhadap tabiat jalan dakwah
2. wal tanzur nafsun ma qaddamat lighad, membuat ‘tanda’ perjalanan (milestone) masa lalu ─oleh para kader KAMMI─ kemudian meneruskannya untuk mengubah masa depan
3. ‘alaikum anfusakum laa yadurrukum man dhalla idzahtadaitum, usaha untuk membina diri baik secara personil kader KAMMI (dzatiyah) maupun organisasi (tanzhim) dalam membentuk imunitas terhadap aral rintangan dalam perjalan dakwah
Landasan Teori
1. Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Alloh dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh,aku termasuk orang-orang muslim”. (QS. Fussilat:33)
2. Dan,semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalan surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud:120)
(catatan: 1. Milestone: “tanda penunjuk jalan”, istilah yang digunakan oleh para pencinta alam dalam melakukan petualangan)
Sasaran
Pihak yang dapat memberikan kontribusi cerita, kisah, ataupun pengalaman penuh hikmah seputar dakwah dan aktivitasnya, hanya kader KAMMI diseluruh jenjang (AB1, AB2, dan AB3) dan angkatan (sabiquna awwalun-1998, sampai sekarang).
Gambaran Umum dari Buku “Memoar KAMMI”
Buku ini merupakan himpunan atau kumpulan catatan-catatan dari seluruh cerita/kisah pengalaman para kader KAMMI dalam menelusuri perjalanan dakwah. Dari catatan-catatan ini kita akan mengetahui gelora amal seorang kader, pemikiran, perasaan, intuisi, harapan, cita-cita, ambisi, dan kegundahan. Sehingga dengannya kita dapat memungut mutiara-mutiara hikmah satu demi satu dari mereka.
Ketentuan untuk menulis cerita/kisah pengalaman:
1. Bentuk tulisan bebas, seperti:
a. Gaya bahasa tutur, gaya tulisan yang bersifat komunikatif
b. catatan harian (diare)
c. Tulisan Bambang Eka Wijaya (Buras-Lampost)
d. Buku spt: “Bukan di negeri dongeng”, karya Helvi Tiana Rosa; “Memoar Hasan al-Banna”
e. Kumpulan cerita2 remaja “TeenInk”, dll
2. Tulisan menceritakan kisah, pengalaman-pengalaman yang bersifat inspiratif dalam kontek dakwah dan aktifitasnya. Baik menceritakan pengalaman pribadi atau menceritakan pengalaman orang lain. Misalkan seorang da’i (kapasitasnya sebagai kader/pengurus dalam wajihah KAMMI) memiliki aktivitas dakwah seputar:
a. At-tarbiyah; pendidikan, belajar-mengajar
b. Siyasih, aktif dalam kegiatan politik
c. Ijtima’i, aktif dalam kemasyarakaan (sosial)
d. Membina keluarga, dll
3. Tulisan sarat akan pelajaran (al-Hikmah), motivasi (Iradah), perjuangan (Jihad), renungan (muhasabah), semangat (Hamasah), keteladanan (Qudwah), dan kebersamaan (Ukhuwah).
4. Penulis cerita/kisah pegalaman diharuskan membuat riwayat hidup, mencangkup;
a. Nama lengkap
b. Tempat, tanggal lahir
c. Silsilah keluarga (jumlah anggota keluarga-abang/adik, istri/suami, dll)
d. Riwayat pendidikan
e. Aktivitas, profesi saat ini
f. Pengalaman organisasi (parpol, LSM, ormas, lembaga kemahasiswaan, dll)
g. Mencantumkan pas foto digital berformat Jpeg/sejenisnya.
h. Hal2 lain yang dianggap perlu -dicantumkan- untuk lebih mengetahui pembaca tentang riwayat hidup penulisnya.
5. Diusahakan judul/tema dibuat semenarik mungkin yang disesuaikan dengan isi cerita/kisah pengalaman, misalkan: “Ramadhan yang terpenjarakan”, “ustadz langitan”, “mata empat satu wajah”, “kue politik”, dll
6. Batas pengiriman tulisan sampai dengan tanggal 30 syawal 1428H
7. Tulisan dimasukkan dalam “file attachment” kemudian dikirim (berikut riwayat hidup) ke alamat: go.kominfo@gmail.com atau go.satriabajahitam@gmail.com
8. Apabila didaerah tempat tinggal tidak ada jaringan internet, tulisan (printout dan riwayat hidup) dapat kirim ke sekretariat KAMMI Daerah Lampung: “Markas Peradaban” Jl.ZA.Pagar Alam Gg.Hi.Ibrahim no.44c Gedong Meneng, Rajabasa, Bandarlampung, 35145
9. Tiga besar tulisan terbaik akan mendapatkan reward
Format tulisan:
1. font: Times new roman
2. font size: 12
3. Margins: left 3cm, top 2.5cm, bottom 2.5cm, right 2.5cm
4. Page: max. 2 hlm
5. paper size: letter
Kamis, September 20, 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar